PENGARUH PENYIMPANAN DINGIN TERHADAP UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN
PENGARUH
PENYIMPANAN DINGIN TERHADAP UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN
Muhammad Ali Muhtar
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Trunojoyo Madura
Email: alimuhtar165@gmail.com
Abstrak
Umur simpan suatu bahan pangan
tidaklah sama, lama tidaknya umur simpan bahan pangan dipengaruhi berbagai
faktor seperti kadar air bahan, kerusakan bahan pangan. Berbagai metode untuk
memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan telah berkembang di masyarakat,
salah satunya adalah penyimpanan dingin. Suhu panas di sekitar bahan pangan
diambil sehingga suhu bahan menjadi lebih rendah dan bahan pangan menjadi lebih
awet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan
dingin terhadap umur simpan bahan.
Hasil dari penelitian ini adalah
pada penyimpanan suhu dingin (lemari es) kubis, telur ayam dan tempe lebih
tahan umur simpannya dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu kamar. Tetapi
pada tomat suhu kar memiliki daya simpan yang lebih panjang karena pada suhu
dingin tomat mengalami chilling injury. Pada suhu kamar, produk pangan tersebut
lebih cepat mengalami kerusakan akibat dari mikroorganisme yang masih dapat
mengalami pertumbuhan.
Kata kunci: penyimpanan dingin, umur simpan, kadar air
PENDAHULUAN
Persoalan
bahan pangan pasca panen yang paling utama ialah adanya kerusakan bahan pangan.
Hal tersebut karena adanya ketidaktahuan mengenai pengolahan pasca panen yang
dapat menimbulkan kerusakan bahan pangan hasil pertanian. Kerusakan tersebut
menimbulkan umur simpan bahan pangan yang tidak lama.
Komoditi sayur dan buah sangat berpotensi terhadap
kerusakan tersebut. Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh adanya proses
kimiawi, biokimiawi dan juga oleh mikroorganisme. Seperti halnya pada kubis,
tomat.
Pendinginan
merupakan salah satu metode untuk memperlambat reaksi metabolisme pada bahan
pangan sehingga dapat memperpanjang umur simpan. Selain itu, penggunaan
pengemas pada bahan pangan juga dapat mengurangi adanya kerusakan. Menurut
Mareta (2011) adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari
bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping
itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi.
Tak
hanya, komoditi sayur dan buah saja yang berpoensi adanya kerusakan, namun
hasil ternak juga sering mengalami kerusakan seperti telur ayam. Metode yang
banyak dipergunakan untuk memperpanjang masa penyimpanan atau yang disebut Shelf
life telur dengan pendinginan atau yang lazim disebut refrigerasi pada
temperatur antara -2 sampai 5 °C. Penyimpanan telur dingin sebaiknya dibatasi
dalam waktu yang relatif singkat, karena adanya perubahan-perubahan kerusakan yang
meningkat sesuai dengan lama waktu penyimpanan. Faktor yang mempengaruhi lama
simpan telur dingin (refrigerasi), antara lain adalah jumlah mikroba
awal, temperatur dan kelembaban selama penyimpanan, ada tidaknya pelindung
(misalnya lemakdan kulit), spesies ternak dalam ruang pendingin dan tipe produk
yang disimpan (Soeparno, 1998).
Sesuai
dengan yang disampaikan oleh Suryo (2005) bahwa penggunaan suhu rendah
mempunyai pengaruh terhadap proses-proses kimiawi, enzimatis dan mikrobiologis
yaitu mampu menghambat atau mencegah reaksi kimia, aktivitas enzim dan mikroorganisme.
Cold Storage (suhu rendah) yaitu penyimpanan pada suhu dingin baik dalam
kondisi suhu dibawah atau di atas titik beku air, walaupun didalam prakteknya
lebih sering dipakai suhu refrigerasi.
METODE PENELITIAN
Prosedur
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap
berbagai produk pertanian seperti sayur, buah, hasil ternak dan produk olahan.
a.
Sayur dan buah
Pada produk sayur,
sampel yang digunakan adalah kubis. Sedangkan pada buah, sampel yang digunakan
adalah tomat. Hal yang perlu dilakukan pertama yaitu mensortasi kubis dan
tomat, lalu mencucinya sampai bersih. Namun, untuk tomat tidak perlu dilakukan
pencucian cukup dibersihkan dengan lap kering kemudian meniriskan sampai
kering. Setelah itu, memasukkan ke dalam kantung plastik PP (kantung plastik
ukuran 0,5 kg), melubangi dengan 10 lubang lalu merekatkan plastik dengan
sealer dan memberi label. Penyimpanan dilakukan pada suhu kamar (A1) dan lemari
es (A2). Kemudian menimbang dan mengamati adanya perubahan kenampakan secara
organolaptik pada hari ke 0 (T1), 4 (T2), 8 (T3), 12 (T4), 16 (T5). Mencatat
setiap hari suhu kamar dan suhu ruang pendingin serta RH/kelembaban nisbi.
Mengamati adanya penyimpangan/perubahan dari bahan yang disimpan.
b. Komoditas
telur
Menimbang telur
ayam dan memasukkan ke dalam cup lalu menutup rapat dengan clingwrap dan memberi label. Kemudian menyimpan pada chiller lalu menimbang dan mengamati adanya
perubahan kenampakan secara organoleptik pada hari ke 0 (T0), 4 (T1), 8 (T2), 12 (T3), 16 (T4). Mencatat setiap hari suhu kamar
dan suhu ruang pendingin serta RH/kelembaban nisbi. Mengamati adanya
penyimpangan/perubahan dari bahan yang disimpan.
c.
Produk olahan
Produk yang dipakai adalah tempe. Tempe merupakan
produk olahan dari kedelai yang ditambah ragi saat pembuatannya. Pertama,
memotong tempe bentuk dadu kemudian membungkus tempe dengan kantung plastik dan
memberi label setelah itu merekatkan dengan sealer dan menyimpan pada tempat
yang sesuai dalam lemari es. Menimbang dan mengamati adanya perubahan
kenampakan secara organoleptik pada hari ke 0 (T0), 4 (T1), 8 (T2), 12 (T3), 16 (T4). Mencatat setiap hari suhu kamar dan
suhu ruang pendingin serta RH/kelembaban nisbi. Mengamati adanya penyimpangan/perubahan
dari bahan yang disimpan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan bahan terhadap komoditi
sayur yaitu kubis.
Tabel 1. Penyimpanan kubis
Grafik 1. Berat penyimpanan kubis
A1 dan A2
Grafik 2. Berat penyimpanan tomat A1 dan A2
Grafik 3. Berat penyimpanan telur ayam A1 dan A2
Grafik 4. Berat penyimpanan tempe A1 dan A2
Dari keempat grafik diatas dapat diketahui
bahwa setiap penyimpanan berat bahan mengalami kenaikan dan penurunan setiap 4 hari sekali.
Kenaikan terjadi pada tomat dan telur pada hari ke 4 dan 8. Penurunan paling signifikan terjadi pada telur
ayam (grafik 3), hal tersebut disebabkan karena ayam membusuk pada hari ke 8
(T2).
Adanya
factor penyimpanan suhu kamar dan suhu dingin juga mempengaruhi berat dari
bahan. Pada penyimpanan suhu dingin lebih konstan beratnya dibandingkan pada
suhu kamar. Pada penyimpanan suhu kamar, bahan masih bisa melakukan proses
respirasi sehingga memungkinkan bahan membusuk.
Penyimpanan
suhu kamar pada tomat menyebabkan tomat cepat membusuk dibandingkan pada
penyimpanan suhu dingin. Pada bahan olahan yaitu tempe, berat masih konstan
meskipun pada suhu kamar. Namun, tempe membusuk pada hari ke 16.
Dari
data pada tabel 1.
terdapat 2 macam suhu penyimpanan kubis yaitu suhu kamar (A1) dan suhu lemari
es (A2). Perbedaan suhu penyimpanan tersebut mempengaruhi umur simpan bahan.
Selain itu juga mempengaruhi warna, aroma, kesegaran dan tekstur kubis.
Penyimpanan kubis dengan suhu lemari es lebih lama dibanding suhu kamar. Dari
hasil pengamatan pada suhu kamar, terlihat terjadi penurunan berat kubis. Pada
warna kubis, terjadi penurunan warna kubis dari hijau segar menjadi bercak
cokelat, yang itu berarti telah terjadi kerusakan pada kubis. Kerusakan kubis
juga terlihat pada aroma, kesegaran dan tekstur kubis yang berubah pada hari ke
12.
Penggunaan
suhu dingin pada penyimpanan kubis dapat memperpanjang umur simpan. Dari tabel
1 dapat diketahui bahwa pada
T4 (hari ke 16) kubis
belum busuk, namun sudah tidak segar. Pada penyimpanan suhu dingin juga
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada kubis, menurut Mareta (2011)
pemudaran warna potongan kubis ini disebabkan karena terserapnya air masuk ke
dalam daun selama penyimpanan sehingga mengurangi intensitas warna daun kubis.
Aroma, kesegaran dan tekstur kubis masih bertahan ketika penyimpanan pada suhu
lemari es dibandingkan suhu kamar.
Pada
tabel 2 dapat diketahui bahwa tomat lebih awet pada penyimpanan suhu kamar
dibandingkan suhu dingin. Suhu dingin membuat tomat rusak yang ditandai dengan
adanya bercak kehitaman pada wara tomat. Kerusakan tersebut dapat dilihat pada
perubahan warna, aroma, kesegaran dan tekstur tomat. Pada penyimpanan suhu
dingin tomat mengalami chilling injury atau
kerusakan akibat penggunaan suhu dingin.
Selain sayur dan buah, komoditi hasil ternak seperti telur
ayam juga mempunyai umur simpan. Sebagai salah satu sumber protein hewani yang
paling banyak digemari oleh masyarakat Indonesia (Rihi, 2009), penyimpanan telur
ayam sangat perlu diketahui. Dari hasil
penelitian pada tabel 3, dapat diketahui bahwa penyimpanan baik menggunakan
suhu dingin maupun suhu kamar, telur ayam mempunyai umur simpan yang tidak
lama. Pada T1 (hari ke 4), telur ayam sudah mengalami perubahan pada warna,
aroma, kesegaran serta tekstur telur. Hal itu berati telah terjadi adanya
kerusakan pada telur ayam.
Telur
ayam memang lebih awet jika telur diolah terlebih dahulu, seperti diolah
menjadi ngguet ayam, sosis ayam dan bakso ayam.
Menurut
Situmorang (2008), suhu pendinginan memberi pengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik tekstur,
nilai organoleptik (warna, aroma dan rasa).
Tabel 4. Penyimpanan tempe
Produk
olahan merupakan produk hasil olahan dari hasil pertanian seperti halnya tempe.
Tempe merupakan produk olah dari kedelai yang difermemtasi denga ragi tempe.
Namun meski produk olahan, perlakuan penyimpanan pada tempe juga mempengaruhi
umur simpan tempe. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tempe lebih
awet pada penyimpanan suhu dingin atau lemari es dibanding dengan suhu kamar.
Pada suhu kamar, tempe lebih cepat mengalami perubahan fisik, sebab pada suhu
kamar mikroorganisme pada tempe masih dapat tumbuh sehingga mempercepat
pembusukan. Sedangkan pada suhu dingin,mikroorganisme terhambat pada proses
pertumbuhannya sehingga tempe lebih awet. Perubahan warna, aroma, kesegaran dan
tekstur tempe juga membuktikan adanya kerusakan pada tempe.
KESIMPULAN
Penyimpanan pada suhu dingin dapat memperpanjang umur
simpan produk pangan seperti pada penelitian ini yaitu pada kubis, tomat, telur
ayam dan tempe. Suhu dingin menyebakan terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme
dia dalam produk pangan sehingga membuat umur simpan lebih lama.
Namun, kerusakan fisik tidak dapat terhindar pada produk
pangan yang semakin lama disimpan. Seperti adanya perubahan warna, aroma produk
yang menjadi tidak enak, produk menjadi tidak segar dan tekstur yang semakin
lembek.
Mutu dari telur pada umumnya ditentukan oleh kelezatan
bahan, sifat fisis bahan, kandungan nutrisinya dan kandungan mikroba (Purba,
2005). Untuk itu perlu penyimpanan yang sesuai agar mutu telur ayam terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Mareta, DT, A. Nur S. 2011.
Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu
Ruang Dan Suhu Dingin. Jurnal Mediagro,
7(1): 26-40.
Purba, A. 2005. Sifat Fisik Pangan Dan Hasil Pertanian.
Medan.
Rihi, AY. 2009. Pengaruh Lama Penyimpanan Pada Suhu Dingin
Terhadap pH, Water Holding Capacity, Tekstur, Dan Total Place Count Bkso Ayam
Rumput Laut [Skripsi]. Fakultas Peternakan, Unversitas Brawijaya Malang.
Situmorang, EN. 2008. Pengawetan Telur Ayam (Gallus Gallus
Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin [Skripsi]. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara Medan.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Telur Cetakan ke Dua.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Suryo, I. 2005. Materi Kuliah Pendinginan dan Pembekuan Telur.
Malang: Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
0 komentar:
Posting Komentar